Beredarnya video bagi-bagi amplop berlogo PDI Perjuangan dan gambar tokoh elitenya di masjid dapat berdampak fatal kepada citra partai secara keseluruhan.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah melalui keterangan tertulisnya.
"PDIP potensial semakin kehilangan simpati jika kader di daerah memiliki kualitas mental jual beli suara seperti yang ditunjukkan keluarga Said Abdullah dan Achmad Fauzi. Masyarakat Sumenep perlu menyadari bahwa Bupati mereka potensial hanya mengejar kekuasaan, bukan pengabdian," ujar Dedi seperti dikutip dari kantor Berita Politik RMOL pada Rabu (29/3).
Diketahui dalam video yang beredar, amplop yang dibagikan di masjid yang berlokasi di Sumenep tersebut berlogo PDI Perjuangan dan bergambar wajah Plt Ketua DPD PDIP Jawa Timur Said Abdullah dan Bupati sekaligus Ketua DPC PDIP Sumenep, Achmad Fauzi.
Dedi menilai bahwa peristiwa tersebut menggambarkan adanya degradasi mental kader PDI Perjuangan setelah belakangan elektabilitasnya merosot.
"Ada nuansa ketakutan tertinggal karena elektabilitas terus turun di tubuh PDIP, hingga mereka melakukan kekeliruan paling memalukan dengan menihilkan kesucian masjid," tutur Dedi.
Menurut Dedi, kegiatan bagi-bagi amplop tersebut masuk dalam kategori pelanggaran pemilu dan harusnya bisa segera direspon Bawaslu tanpa menunggu masa kampanye.
"Berbagi itu baik, tidak ada larangan, tetapi simbol dan motif politik itu yang perlu dikritik keras," tandasnya.
Sebagai informasi, Said Abdullah mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari zakat maal yang ia keluarkan di masa reses.
Sementara bawaslu mengaku tengah menelusuri dugaan praktik politik uang di masjid yang berlokasi di Sumenep tersebut.
Dalam penjelasannya, Bawaslu menegaskan bahwa semua kegiatan politik praktis di tempat ibadah termasuk dalam pelanggaran pemilu.