Partai Demokrat kembali berdebat dengan PDIP. Kali ini persoalan Amerika Serikat yang dituding ada di balik kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla (JK) di 2004.
Awalnya persoalan itu dibahas oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto terkait respons atas pernyataan Politikus NasDem Zulfan Lindan soal awal mula munculnya keretakan hubungan antara Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan SBY. Hasto mengungkit keterlibatan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) George W Bush.
Hasto membeberkan adanya kepentingan AS melalui Bush di tengah-tengah kedua mantan presiden ini. Menurut Hasto, Megawati dinilai tak sejalan dengan kepentingan nasional AS, kemudian preferensi politik negara adikuasa itu beralih ke SBY.
"Apa yang disampaikan Bang Zulfan Lindan betul," kata Hasto, dikutip Kamis (29/9/2022). Hasto menyebut hubungan Bush dan Mega awalnya baik dan dekat secara personal. Namun Mega disebut memiliki kebijakan luar negeri yang berseberangan dengan AS. Hal inilah, kata dia, yang berbeda dengan SBY.
"Hubungan secara pribadi antara Ibu Mega dan George W. Bush baik dan secara personal dekat. Namun menyangkut urusan berbangsa dan bernegara, Ibu Mega sangat kokoh pada prinsip. Kebijakan luar negeri Ibu Megawati banyak yang tidak sejalan dengan kepentingan nasional AS. Atas dasar hal tersebut, maka preferensi politik AS kemudian beralih ke SBY," ujarnya.
Hasto mengungkit pada era SBY cadangan minyak Blok Cepu diserahkan ke ExxonMobil, perusahaan energi berkantor pusat di AS. Penyerahan itu, menurut Hasto, sebagai hadiah politik.
"Karena itulah hanya beberapa saat setelah Pak SBY menjadi presiden, Blok Cepu diserahkan ke ExxonMobil sebagai hadiah atas dukungan Amerika Serikat terhadap Pak SBY," ujarnya.
Lebih lanjut, Hasto mengaku pernah mendengar hal serupa dari KH Hasyim Muzadi, ketum PBNU saat itu. Hasto menceritakan Hasyim menyampaikan itu di satu momen usai perhitungan cepat hasil Pilpres 2004 silam.
"Kesimpulan yang sama juga disampaikan oleh almarhum KH Hasyim Muzadi kepada saya. Saat itu Pak Hasyim di kompleks Patra Kuningan, pascapengumuman hitung cepat," kisah Hasto.