Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto telah menyatakan kesiapannya menjadi calon presiden ( capres ) 2024 dalam Rapimnas Partai Gerindra.
Pernyataan Prabowo tersebut disampaikan setelah mendengar aspirasi atau dorongan dari semua kader Partai Gerindra. Partai Gerindra sudah sepakat berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menghadapi Pilpres 2024.
Kesepakatan itu ditandai dengan penandatanganan piagam deklarasi oleh Prabowo Subianto dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin . Prabowo merupakan salah satu tokoh yang acapkali masuk papan atas bursa capres 2024 di sejumlah lembaga survei.
Lalu, siapa tokoh yang cocok menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2024? “Dalam menentukan siapa pendamping bagi Prabowo Subianto tentu harus dilakukan dengan cermat oleh Partai Gerindra,” kata Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro, dikutip Senin (26/9/2022).
Menurut Bawono, salah satu yang harus dipertimbangkan adalah melihat hasil Pilpres 2019, provinsi mana saja yang dukungan untuk Prabowo lemah terutama di pulau Jawa sebagai kunci untuk memperoleh kemenangan.
“Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan dua provinsi di pulau Jawa yang memiliki dukungan rendah terhadap Prabowo Subianto di pemilu lalu,” tuturnya.
Dia menilai menggandeng PKB sebagai mitra bagi koalisi merupakan langkah strategis baik yang telah diambil oleh Partai Gerindra untuk memperkuat dukungan terhadap Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Dia mengatakan, PKB memiliki basis massa sangat kuat di kedua provinsi tersebut.
“Siapa figur bagi pendamping Prabowo Subianto tentu sebagai mitra koalisi PKB mengharapkan ketua umum Cak Imin dipilih sebagai bakal calon wakil presiden. Namun di sisi lain, elite-elite Partai Gerindra terlihat cenderung mengharapkan sosok Khofifah Indar Parawansa sebagai pendamping bagi Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden mendatang,” imbuhnya.
Dia menuturkan bahwa ekspektasi menjodohkan Prabowo Subianto dan Khofifah Indar Parawansa didasarkan pada keinginan dari Partai Gerindra untuk menarget basis pemilih Nahdlatul Ulama (NU) terutama kalangan perempuan.
“Basis ini diharapkan dapat menjadi trade off kekuatan pemilih untuk melakukan antisipasi potensi penurunan dukungan dari kelompok pemilih muslim di pulau Sumatera, Jawa Barat, dan sejumlah provinsi lain dimana pada 2019 menjadi kantong-kantong pemilih muslim bagi Prabowo Subianto,” ungkapnya.
Selain itu, kata dia, Partai Gerindra sadar betul salah satu faktor kekalahan Prabowo Subianto pada pilpres sebelumnya karena minimnya dukungan di Jawa Timur.
“Karena itu, penguasaan Jawa Timur melalui perjodohan Prabowo Subianto dan Khofifah diharapkan bisa menjadi faktor penentu kemenangan tahun 2024 mendatang,” pungkasnya.