Politikus senior PDI Perjuangan (PDIP) Hendrawan Supratikno menilai pernyataan Menko Marinves Luhut Binsar Panjaitan soal jangan maksa jadi presiden kalau bukan orang Jawa cukup tendensius. Sebab, bagi Hendrawan pernyataan Luhut kurang bijak.
"Pernyataan yang kurang bijaksana dan tendensius," kata Hendrawan kepada wartawan, dikutip Sabtu (24/9/2022).
Menurut Hendrawan, persoalan soal suku sudah harus ditinggalkan dalam konteks kebangsaan. Kekhawatiran Luhut itu, kata Hendrawan, seharusnya menjadi tantangan yang dihadapi bersama dalam menjalankan program dan literasi politik, serta membangun keadaban demokrasi.
"Dalam mimpi kolektif kita sebagai negara bangsa, persoalan asal usul suku dan wilayah, sudah seyogyanya kita tanggalkan dan tinggalkan," katanya.
"Justru fakta demografis dan sosiologis yang dikhawatirkan Pak Luhut, harus menjadi tantangan kita dalam program edukasi dan literasi politik dan keadaban demokrasi yang terus kita bangun," imbuh dia.
Pernyataan Luhut tersebut saat bincang-bincang di kanal YouTube Rocky Gerung terkait penerus Presiden Jokowi di 2024. Dalam ngobrol-ngobrol santai itu, Luhut sempat bicara soal banyak orang yang ingin jadi Presiden.
"Kan kita ingin pastikan ada suksesi di 2024, suksesi itu lewat sistem elektoral, tapi ada kecemasan di publik sekarang melihat persaingan politik terlalu tajam, dan ketajaman itu bukan hanya adu konsep tetapi adu ide nggak terlihat gitu, kita nggak lihat ada calon presiden, bahkan dari dalam kabinet, yang datang misalnya mengatakan 'saya ada ide jadi presiden oleh karena itu saya mau minta diundang RGTV' ini misal untuk debat soal kebijakan," tanya Rocky.
"Kebanyakan orang pasang spanduk baliho tinggi-tinggi kita nggak tahu di belakang kepala yang besar di baliho ada isinya atau nggak itu, kan itu intinya? Rakyat merasa kok nggak ada percakapan intelektual ya di antara pemimpin itu, Pak Luhut rasain nggak itu keadaan itu? Agak jujur bikin evaluasi Pak Luhut," lanjut Rocky.
Luhut lantas menjawab Rocky Gerung dengan menyebut banyak orang saat ini yang ambisius untuk menjadi Presiden. Padahal, kata dia, mengabdi untuk negara tidak harus menjadi Presiden.