Hasil survei terbaru lembaga Algoritma mengungkapkan, bahwa kekhawatiran pemilih terhadap hoaks hingga politik identitas di Pemilu 2024, masih tinggi. Kekhawatiran itu muncul mengingat pengalaman pada Pemilu 2014, Pemilu 2019 dan beberapa pilkada membuat pemilih khawatir hal tersebut terulang kembali di Pemilu 2024.
“Kekhawatiran masyarakat terhadap hal-hal negatif dalam Pemilu 2024 masih tinggi,” kata Direktur Eksekutif Algoritma, Aditya Perdana dalam keterangannya dikutip Senin, (5/9/2022). Survei Algoritma ini dilakukan pada pada 23 Juli sampai 5 Agustus 2022 dengan metode wawancara telepon menggunakan kuesioner oleh 40 enumerator terhadap 1.206 responden.
Responden dipilih secara proporsional mewakili penduduk usia dewasa secara nasional. Margin of error plus minus 3 persen pada tingkat kepercayaan 95 %. Dari hasil survei tersebut, sebanyak 92,6 % pemilih masih khawatir dengan hoaks dan disinformasi terjadi di Pemilu 2024.
Kemudian kampanye hitam antara pendukung kandidat dikhawatirkan oleh pemilih mencapai 91,1 %. “Praktik politik uang oleh kandidat dikhawatirkan, 89,9 % dan penggunaan simbol identitas yang didasarkan pada isu SARA sebanyak 89,5 %,” kata Aditya.
Menurut Aditya, kekhawatiran pemilih harus menjadi catatan dan perhatian berbagai stakeholder pemilu, agar mencegah terjadinya hal-hal negatif tersebut. Aditya mengatakan, langkah pencegahan tidak saja dilakukan oleh penyelenggara pemilu atau aparat penegak hukum, tetapi juga oleh peserta pemilu dan timnya.