Anggota Komisi III DPR Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Arteria Dahlan merespon pernyataan politikus Partai Demokrat Benny K Harman soal dugaan keterlibatan Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Merah Putih Polri di salah satu calon presiden (capres) pada Pilpres 2019 lalu.
Dia juga mengatakan politikus Partai Demokrat itu juga harus dapat memberikan bukti masalah tersebut. Ia menyayangkan langkah Benny mengungkap dugaan itu di tengah pengusutan kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J yang belum tuntas.
Menurutnya, seluruh energi seharusnya difokuskan untuk penuntasan pengusutan kasus pembunuhan berencana Brigadir J saat ini
"Kita menyayangkan, saat ini energi kita fokus selesaikan secara tuntas masalah terbunuhnya Brigadir J, jadi kita fokus ke sana dulu," ucap Arteria saat dihubungi, Jumat (2/9/2022).
Ia mengatakan, pembahasan berbagai isu lain terkait kinerja Polri yang muncul pasca kasus pembunuhan berencana Brigadir J memang hal yang penting. Namun, menurutnya, pembahasan tu seharusnya dilakukan di forum lain, tidak berbarengan dengan pengusutan kasus pembunuhan berencana Brigadir J.
"Segala sesuatu termasuk juga informasi yang hadir setelah peristiwa ini akan diusut tuntas, tapi sekarang jangan dulu. Kita selesaikan yang ini dulu, nanti panggungnya tidak selesai," ucapnya.
Ia pun mengingatkan Benny bahwa Komisi III DPR saat ini memiliki tugas untuk menjaga marwah Polri, di mana ada 450 ribu polisi baik yang tidak bersalah.
Arteria meminta Benny menyimpan informasi soal dugaan keterlibatan Satgassus Merah Putih Polri di salah satu capres pada kontestasi politik 2019 lalu untuk digulirkan di babak selanjutnya.
Politikus PDIP itu berharap, Benny memiliki bukti ihwal dugaan keterlibatan Satgassus Merah Putih Polri di salah satu capres pada kontestasi politik 2019 lalu
"Kalau ada penyimpangan, ada satgas, itu nanti diusutnya. Kalau sekarang semuanya enggak selesai, karena kita mengusik banyak pihak," ujarnya.
"Mau dibilang ada isu pemilu, isu politik kita buktikan nanti, tapi tidak untuk saat ini. Kita sayangkan itu dan semoga Pak Benny punya bukti," tambah Arteria.
Sebelumnya, Benny menyebut Satgassus Merah Putih Polri yang pernah dipimpin Sambo sempat digunakan capres pada kontestasi politik 2019 lalu.
"Satgas Merah Putih itu kan satgas yang dipakai untuk menyukseskan capres tertentu, rusak negara kita. Dan ini untung bagi saya, blessing kasus Sambo, untung ada kasus Sambo, terbuka semuanya," kata Benny dalam diskusi Public Virtue di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (1/9/2022).
Benny tidak menyebut siapa capres yang menggunakan Satgassus di Pilpres 2019 lalu. Dia hanya mengatakan bahwa Polri penuh kekuasaan dan tidak lagi independen. Walhasil, Benny menuding ada sejumlah anggota kepolisian yang ikut dalam tim sukses di Pemilu.
Ia juga menyoroti Polri yang tidak memiliki pengawas eksternal yang kuat. Ia menilai kondisi itu dapat menimbulkan penyalahgunaan kekuasaan seperti korupsi hingga pembentukan 'kerajaan' dalam tubuh Polri.
"Polri menjadi institusi seperti monster dia, menakutkan, itu yang terjadi. Ketika dia tumbuh menjadi kekuatan yang otonom, yang independen, dan powerfull tadi tanpa pengawasan di eksternal yang kuat, maka yang terjadi adalah fenomena kasus Sambo ini," kata dia.