Partai Gerindra dan PKB berencana mendeklarasikan pasangan koalisi Pilpres Sabtu (13/8/2022). Kedua partai terus mematangkan konsolidasi usai mendaftar bersama ke KPU RI sebagai calon peserta Pemilu beberapa hari lalu.
Merespons koalisi Gerindra dan PKB, pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiludin Ritonga berpendapat bahwa kalau rencana koalisi benar terjadi, maka diperkirakan kedua partai akan mendeklarasikan pasangan Prabowo Subianto dan Cak Imin.
Terkait deklrasai pasangan di awal ia memberikan apresiasi karena kedua partai berani mendeklarasikan lebih awal dan pertama kali. Meski demikian, saat ditanya soal peluang kemenangan, Jamiludin berpandangan, jika kandidat yang diusung pasangan Prabowo-Cak Imin tentu sangat berisiko.
"Pasangan ini memang dapat diusung Gerindra dan PKB, namun untuk menang tampaknya sangat sulit," demikian analisa Jamiludin. Lebih lanjut Mantan Dekan Fikom ISIIP Jakarta ini menjelaskan alasannya. Pertama, elektabilitas Cak Imin sangat rendah. Elektabilitasnya itu tampaknya akan sulit dikerek karena basis massa NU sudah memasang jarak. Apalagi, Gus Durian juga tidak akan mendukung pasangan tersebut karena faktor Cak Imin.
"Jadi, Cak Imin tidak dapat membantu Prabowo untuk menambah pundi-pundi suara. Akibatnya, elektabilitas pasangan tersebut akan stagnan," jelas Jamiludin.
Faktor kedua, kata Jamiludin, pasangan Prabowo-Cak Imin sulit menang karena elektabilitas Prabowo saat ini diperkirakan juga akan stagnan. Sebabnya, tambah Jamiludin, karena pendukung mantan Danjen Kopasuus itu pada Pilpres 2019 akan menarik dukungannya.
Pendukung Prabowo nampak menarik dukungan setelah Ketua Umum Partai Gerindra itu bergabung dalam kabinet Presiden Joko Widodo. "Kalau Prabowo dan Cak Imin sama-sama sulit untuk meningkatkan elektabilitasnya, maka pasangan tersebut pada Pilpres 2024 menjadi tidak kompetitif," tandas Jamiludin.