Elektabilitas sejumlah Partai Politik mengalami naik turun. Beberapa faktor mengemuka, tapi ada parpol yang kena imbas karena terlalu dini mendukung salahsatu sosok untuk dimajukan sebagai Calon Presiden.
Salahsatu Parpol yang mengalami penurunan elektabilitas adalah Partai NasDem. Partai besutan Surya Paloh itu disebut menurun akibat mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menjadi calon presiden.
Hal itu terungkap dalam hasil survei yang dilakukan lembaga Center for Political Communication Studies (CPCS). Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta menyatakan elektabilitas Partai NasDem turun menjadi 2,1 persen dalam survei terbaru yang mereka lakukan pada 22-27 Juli 2022. Padahal, pada survei April 2022, NasDem disebut memiliki elektabilitas mencapai 4,0 persen.
“Keputusan mengusung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden membuat NasDem ditinggal oleh sebagian pemilih nasionalis,” kata Tri Okta dalam keterangan tertulis yang dilansir Antara, Kamis (4/8/2022).
Survei CPCS dilakukan pada 22-27 Juli 2022 dengan jumlah responden 1.200 orang mewakili 34 provinsi yang diwawancarai secara tatap muka. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error sekitar 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Okta menyatakan bahwa anjloknya elektabilitas NasDem dibarengi dengan kenaikan eletabilitas partai nasionalis lain. PDIP misalnya, tetap unggul pada peringkat pertama dan mengalami kenaikan elektabilitas dari 18,1 persen pada bulan April menjadi 19,5 persen pada survei teranyar kali ini.
Sementara kenaikan signifikan terjadi pada elektabilitas Partai Gerindra. Menurut hasil survei itu, Gerindra kini memiliki elektabilitas sebesar 13,2 persen, sementara elektabilitas Partai Golkar mencapai 8,8 persen.
“Anjloknya dukungan terhadap NasDem berbanding terbalik dengan kenaikan elektabilitas partai-partai nasionalis lainnya,” ucap Okta.
Di antara tiga partai yang berpeluang mengusung Anies, menurut Okta, hanya PKS yang tampak menikmati kenaikan elektabilitas. PKS meraih elektabilitas 6,0 persen di bawah PKB (7,1 persen). Sedangkan, Demokrat cenderung stagnan (5,3 persen) di bawah PSI (5,6 persen).
Menurut Okta, keputusan NasDem mencapreskan Anies memang belum tentu bersifat final. Dia pun berpandangan peta koalisi dan bursa capres masih sangat dinamis, termasuk pertimbangan NasDem untuk mengusung Anies.
Sejauh ini, kata dia, Anies masih menjadi figur sentral di kubu oposisi pemerintahan Presiden Jokowi, dan kerap dirangkul untuk meningkatkan posisi tawar dalam politik.
“Mencapreskan Anies merupakan strategi NasDem untuk memimpin poros koalisi di luar PDIP, Gerindra, dan Golkar,” kata Okta.
NasDem menyebut tiga kandidat calon presiden yang akan mereka usung pada Pilpres 2024. Selain Anies Baswedan, terdapat nama Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Akan tetapi NasDem belum memiliki tiket untuk mengusung satu dari tiga calon tersebut. Pasalnya koalisi mereka bersama PKS dan Partai Demokrat hingga saat ini masih belum secara resmi terbentuk. Anies Baswedan, Andika Perkasa atau pun Ganjar Pranowo pun dipastikan belum mendapatkan perahu untuk menjadi salah satu penantang kuat dalam Pilpres 2024.