Kunjungan Ketua Kongres Amerika Serikat, Nancy Pelosi, ke Taiwan berpotensi memanaskan hubungan antara AS dengan China. Bahkan, Gurubesar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Profesor Hikmahanto Juwana, melihat respons China terhadap AS akan memicu peperangan baru. Seperti yang dilakukan Rusia ke Ukraina.
“China berpotensi untuk melancarkan serangan senjata ke Taiwan sama seperti Rusia melancarkan Special Military Operation. Dasar yang digunakan adalah menjaga integritas teritorial China, di mana Taiwan melakukan pemberontakan dan memisahkan diri dari China,” tegas Prof Hikmahanto seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (4/8/2022).
Menurutnya, serangan China akan dikualifikasi sebagai tindakan polisionil atau agresi militer terhadap wilayah yang hendak memberontak.
"AS, seperti langkah yang diambil di Ukraina, tidak akan terlibat perang dengan China secara langsung. AS seperti di Ukraina hanya akan memasok senjata, uang, dan mengajak sekutu-sekutunya untuk melakukan embargo ekonomi,” katanya.
Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani ini menambahkan, AS tidak akan terlibat dalam perang karena China, seperti halnya Rusia, memiliki senjata nuklir dan hak veto di Dewan Keamanan PBB.
"Akibat provokasi yang dilakukan oleh AS maka dunia akan terdampak sangat luar biasa. Sama dampaknya dan besarnya saat awal Covid-19 merebak.
Bagi China bukannya tidak mungkin akan beraliansi dengan Rusia dan negara lainnya untuk melawan keangkuhan AS,” tegasnya.
Lebih lanjut Prof Hikmahanto berharap AS meminta maaf kepada China atas kunjungan Nancy Pelosi tersebut.
Saat ini satu-satunya upaya untuk meredakan eskalasi di Taiwan adalah AS meminta maaf kepada China dan Presiden Joe Biden secara terbuka menyatakan Nancy Pelosi berkunjung ke Taiwan atas kehendaknya sendiri meski sudah dinasihati untuk tidak berkunjung,” tutupnya.