Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai istilah "Jokowi Effect" yang belakangan ramai dibahas, sengaja digaungkan kelompok tertentu untuk mensinyalkan loyalitas.
"Jokowi Effect" yang disebut-sebut akan mempengaruhi Pemilu 2024 mendatang, ia meyakini bahwa istilah itu tidak akan berpengaruh secara luas.
"Presiden Jokowi punya dampak terhadap kelompok-kelompok penggerak pemilih, tetapi tidak ada dampak pada pemilih langsung," kata Dedi seperti dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (26/7).
Menurutnya, kelompok penggerak pemilih yang dimaksud misalnya relawan, kelompok yang berkepentingan melakukan propaganda. Namun, gambaran suara pemilih sebenarnya diwakili dalam bentuk survei opini publik.
"Dalam skema survei tentu melakukan asesmen terhadap preferensi politik responden. Kita bisa memastikan bahwa pemilih bukan saja punya hak memilih, mereka memang mengikuti perkembangan politik saat survei itu dilakukan," pungkasnya.
Ia menambahkan, kalaupun ada pihak lain yang mempengaruhi pilihan pemilih, umumnya mereka adalah komunitas atau orang yang dekat.
Sekalipun Presiden Jokowi terang-terangan menunjuk Capres dan Cawapres pilihannya, tidak akan menimbulkan efek yang luar biasa untuk mendongkrak elektabilitas maupun popularitas si calon.
"(Kalaupun elektabilitas capres tertentu tinggi) itu hanya mungkin karena apa yang disarankan Jokowi sudah sesuai dengan pilihan responden," demikian Dedi.