. Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meminta kepada seluruh elit politik untuk menghindari isu politik identitas dalam Pemilu 2024 demi mendulang suara pada pesta demokrasi.
Menurut dia, dengan menggunakan politik identitas akan membuat perpecahan di masyarakat.
"Pemilu terakhir, polarisasi masih sangat tinggi. Politik identitas terlalu bermain. Sementara masih banyak masyarakat yang belum memiliki kematangan dalam berpolitik. Akibatnya, perpecahan akibat Pemilu atau Pilkada di kalangan masyarakat masih sangat tinggi. Kesadaran berbangsa dan bernegara serta kedewasaan dalam berpolitik mutlak diperlukan saat ini," kata pria yang karib disapa Bamsoet itu Jumat (1/7).
Politikus Partai Golkar itu menyebut, menjelang Pilpres 2024, MPR RI bisa membuat konvensi berupa gebrakan mengundang semua calon presiden yang resmi bertarung, untuk menjabarkan visi dan misi kebangsaannya di hadapan MPR.
Sehingga bisa menghasilkan konsensus bersama dari para capres untuk kemajuan bangsa dan negara.
"Pemilu bukanlah untuk memecah belah persatuan bangsa. Narasi-narasi kebangsaan yang mengedepankan kedewasaan sikap politik dan mendorong kedewasaan berdemokrasi seperti ini, selaras dengan apa yang diperjuangkan oleh MPR untuk menjaga iklim politik tetap teduh," kata Bamsoet.
Selain itu, sejarah membuktikan, bahwa mewujudkan Pemilu yang jujur, adil, dan berkualitas, bukanlah pekerjaan mudah. Bahkan seringkali Pemilu menghasilkan residu kontestasi politik, yang berimbas pada polarisasi rakyat, dan dapat memicu lahirnya konflik horisontal.
"Esensi dari kompetisi demokrasi adalah memenangkan hati rakyat, yang bermuara pada kepentingan rakyat. Bukan justru menempatkan rakyat pada kutub-kutub polarisasi yang sarat dengan potensi konflik," pungkas Bamsoet.